Photo © Diane Arbus
Ditulis oleh: Eki Qushay Akhwan
Pada bagian pertama tulisan ini, sudah dikemukakan bahwa makna foto dibentuk oleh apa yang disebut “diskursus fotografis” – yaitu bahasa isyarat yang memiliki tata bahasa dan sintaksisnya sendiri, dan bahwa diskursus fotografis itu pada gilirannya juga berinteraksi dan merupakan bagian dari diskursus-diskursus lain yang menjadikan foto sebagai situs intertekstualitas (tempat bertemunya teks-teks lain). Oleh karena itu, dalam membaca foto, paling tidak ada dua tahapan yang harus dilakukan, yaitu (1) membaca foto berdasarkan diskursusnya sendiri (struktur internal, tata bahasa, atau sintaksis foto) dan (2) interaksi diskursus itu dengan diskursus-diskursus atau teks-teks lain, seperti budaya, sejarah, dan lain-lain yang melingkupi, membentuk, berinteraksi, mempengaruhi (dan dipengaruhi oleh) foto sebagai sebuah teks.
Artikel ini akan mencoba memperlihatkan bagaimana pembacaan foto dilakukan. Foto yang dipakai untuk contoh dalam pembacaan ini adalah foto karya Diane Arbus (1923 – 1971) yang berjudul Identical Twins (1967). Lihat foto di atas.
Di permukaan foto ini tampak biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa: Ini foto dua anak kembar serupa. Tapi jika diamati dan dibaca secara lebih cermat, maka kita akan melihat bahwa kesahajaan wujud subjek ternyata hanya sebuah ilusi permukaan.
Kembar berarti serupa, seperti benda dengan bayangan cerminnya. Pada pembacaan tingkat pertama foto ini, kekembaran itu tampak/direpresentasikan oleh dua hal: (1) objek dengan foto, di mana foto adalah kembaran/keserupaan/bayangan dari objek; (2) karena subjek foto ini adalah si kembar, maka masing-masing individu dari si kembar itu juga adalah bayangan/keserupaan/kembaran dari saudaranya.
Pembacaan pada tingkat pertama itu mulai menimbulkan pertanyaan: Kembar menyiratkan atribut identitas. Apakah kembar ini memiliki identitas yang sama?
Identitas dalam foto ini dihadirkan secara terbatas. Selintas tidak ada penanda apapun yang dapat menunjukkan identitas individu dari kedua kembar ini, kerena representasi yang dihadirkan dalam sebingkai foto itu telah dilepaskan dari konteks sosial dan historisnya. Di sana tidak ada penanda waktu dan tempat yang dapat memberikan petunjuk mengenai latar belakang pribadi dan sosial subjek. Sang fotografer telah menetralisir konteks eksistensi subjek. Satu-satunya elemen lain selain subjeknya sendiri adalah latar belakang tembok putih dan paving block.
Jika diamati, garis yang terbentuk antara tembok dan paving block agak miring. Inilah satu-satunya petunjuk yang dapat kita jadikan titik tolak pembacaan secara simbolik dan harfiah. Kemiringan itu menyiratkan pendekatan Arbus terhadap subjek.Garis itu menunjukkan bahwa, seperti halnya bahasa verbal, makna didapat bukan karena kesamaan yang rata dan simetris, tapi justru karena perbedaan. Identitas masing-masing pribadi si kembar yang menjadi subjek foto ini mulai terlihat jelas dari garis itu. Jika kita telusuri secara lebih teliti, perbedaan itu akan tampak pada hal-hal lain: Pribadi yang di kiri tampak sedih, sementara yang kanan terlihat gembira. Hidung dan wajah mereka juga berbeda. Perbedaan juga tampak pada kerah, lipatan baju, panjang lengan, stoking, alis, jari, rambut, dan pita rambut. Dengan kata lain, apa yang di permukaan tampak kembar, ternyata justru ingin mengatakan kepada kita bahwa makna kembar (dalam hal ini identitas individunya) justru didapat dari perbedaan, bukan kekembarannya.
Sumber:
Clarke, Graham. The Photograph. Oxford: Oxford University Press, 1997
Monday, June 23, 2008
Membaca Foto (Bagian Kedua)
Posted by
Eki
at
11:51 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
© Copyrights
Unless otherwise stated, the articles and photos in this blog are the copyright property of Eki Qushay Akhwan. All rights reserved. You may NOT republish any of them in any forms without prior permission in writing from Eki Qushay Akhwan.
Kecuali disebutkan secara khusus, hak cipta atas tulisan dan karya foto di dalam blog ini ada pada Eki Qushay Akhwan. Dilarang mempublikasi ulang artikel dan/atau karya foto di dalam blog ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Eki Qushay Akhwan.
Unless otherwise stated, the articles and photos in this blog are the copyright property of Eki Qushay Akhwan. All rights reserved. You may NOT republish any of them in any forms without prior permission in writing from Eki Qushay Akhwan.
Kecuali disebutkan secara khusus, hak cipta atas tulisan dan karya foto di dalam blog ini ada pada Eki Qushay Akhwan. Dilarang mempublikasi ulang artikel dan/atau karya foto di dalam blog ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Eki Qushay Akhwan.
1 comment:
mulai sedikit dan pelan2 mengerti setelah ada kasusnya.. trims mas..
Post a Comment