Monday, June 16, 2008

Membaca Foto

Disadur oleh: Eki Qushay Akhwan

Apa yang terjadi ketika kita melihat sebuah foto sesungguhnya adalah serangkaian pembacaan yang kompleks, tidak hanya terhadap subjek fotonya saja, melainkan juga terhadap ekspektasi dan asumsi-asumsi yang melekat pada foto itu. Foto adalah sebuah teks yang dapat dibaca. Dan layaknya proses membaca, pembacaan foto melibatkan serangkaian proses pemaknaan dan relasi yang tidak sederhana antara pembaca dan teks (baca: foto) itu sendiri.

Sebuah foto mendapatkan maknanya melalui apa yang disebut sebagai “diskursus fotografis” – yaitu bahasa isyarat yang memiliki tata bahasa dan sintaksisnya sendiri (Burgin, 1982). Diskursus ini pada gilirannya juga merupakan bagian dari, dan bertautan dengan, diskursus-diskursus lain. Jadi sebuah foto, meskipun tampak seperti benda mati yang pasif, sesungguhnya merupakan situs intertekstualitas yang kompleks yang mempertemukan serangkaian teks-teks sebelumnya pada satu titik temu budaya dan sejarah.

Dengan pemahaman seperti di atas, sebuah foto tidak pernah menjadi representasi yang netral. Pada setiap tingkat pembacaan, foto dipenuhi oleh konteks ideologis yang mengonstruksi makna dan merefleksikan makna itu dalam stempel kekuasaan dan otoritas. Setiap foto mengandung “pesan fotografis” yang merupakan bagian dari “praktek signifikasi” yang mencerminkan isyarat, nilai, dan keyakinan-keyakinan dari suatu suatu budaya.

Oleh karen itu, ketika kita membaca sebuah foto, maka yang sesungguhnya terjadi adalah kita mencoba memasuki dan memahami serangkaian relasi yang tersembunyi pada ilusi yang diciptakan oleh foto itu. Dalam hal ini ada dua aspek yang perlu diingat, yaitu:

Pertama, foto merupakan karya seorang fotografer, yang tidak dapat bersikap pasif dalam menghasilkan karyanya. Sang fotografer, dalam hal ini, memasukkan, mencuri, dan mereka-ulang apa yang terlihat melalui kacamata diskursus budaya. Oleh karena itu, karya foto tidak pernah steril dari sudut pandang estetis, politis, dan ideologis tertentu.

Kedua, foto juga mengisyaratkan (mengandung isyarat) patokan-patokan referensi yang membentuk pemahaman kita terhadap terhadap dunia tiga dimensi (dunia nyata). Oleh karena itu, foto menjadi bagian dari acuan yang lebih luas yang tertaut dengan serangkaian konteks sejarah estetis, kultural, maupun sosial.

Bersambung …

Sumber:
Clarke, Graham. The Photograph. New York: Oxford University Press, 1997 (hal. 27 - 30).

No comments:

© Copyrights
Unless otherwise stated, the articles and photos in this blog are the copyright property of Eki Qushay Akhwan. All rights reserved. You may NOT republish any of them in any forms without prior permission in writing from Eki Qushay Akhwan.

Kecuali disebutkan secara khusus, hak cipta atas tulisan dan karya foto di dalam blog ini ada pada Eki Qushay Akhwan. Dilarang mempublikasi ulang artikel dan/atau karya foto di dalam blog ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Eki Qushay Akhwan.