Ditulis oleh: Eki Qushay Akhwan
Untuk keperluan kritik, karya foto secara umum bisa dikategorikan menjadi enam golongan: deskriptif, eksplanatif, interpretatif, evaluatif etis, evaluatif estetik, dan teoretis.
Foto deskriptif adalah foto yang mencoba merekam atau mereproduksi subject matter secara apa adanya. Misalnya, foto-foto yang dibuat untuk keperluan dokumentasi, riset, mata-mata, atau - yang paling umum - paspor atau KTP. Foto-foto semacam ini biasanya tidak mengandung muatan interpretatif maupun evaluatif, alias straight, polos dan apa adanya. Pas foto untuk KTP, misalnya, tidak akan dibuat sedemikian rupa untuk memunculkan kepribadian subjek. Yang penting, foto mirip dengan si empunya foto dan orang bisa mencocokkan subjek dengan fotonya jika diperlukan. Foto semacam ini biasanya dinilai dari aspek teknisnya saja: fokus/tidak fokus, tajam/tidak tajam, pas atau tidak eksposure dan pencahayaannya, dan sebagainya.
Foto jenis kedua, foto eksplanatif, sebenarnya tidak banyak beda dengan foto deskriptif. Sesuai namanya, foto eksplanatif adalah foto yang dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan atau memaparkan. Misalnya, foto kedokteran olahraga yang dibuat untuk menjelaskan kerja kinetik otot manusia atau foto-foto yang mengabadikan kegiatan manusia dalam konteks sosial dan budayanya untuk keperluan riset sosiologi (visual sociology) dan antropologi (visual anthropology), atau reportase jurnalistik. Foto-foto jenis ini biasanya dibuat untuk merepresentasikan subject matter dalam konteks ruang dan waktu tertentu. Foto-foto semacam ini biasanya bersifat objektif (baca: melaporkan subjek sebagaimana adanya) dan kebenaran isinya dapat diverifikasi dengan prosedur ilmiah investigatif. Dari segi wujud, foto semacam ini biasanya diambil dengan sudut bidik yang menempatkan subjek dalam konteksnya dan secara teknis dibuat untuk menonjolkan detil dengan tonalitas dan kontras yang seimbang.
Foto jenis berikutnya, yaitu foto interpretatif, juga dibuat untuk menjelaskan subject matter. Namun demikian, foto jenis ini tidak mengutamakan kebenaran "isi" sebagimana halnya dengan foto eksplanatif. Foto ini mengutamakan muatan yang bersifat fiktif, personal dan subjektif layaknya sebuah puisi atau karya fiksi lain. Meskipun mengandung muatan eksplanatif, foto-foto semacam ini tidak harus logis, bahkan kadang-kadang melawan logika, karena yang ditonjolkan adalah ekspresi fotografernya. Foto-foto seperti ini biasanya dramatis, stilistik, dan mengutamakan kesempurnaan bentuk dan wujud visual. Foto-foto semacam ini tidak tidak bisa diuji kebenaran isinya sebagimana foto-foto eksplanatif. Namun demikian tidak berarti bahwa foto-foto semacam ini tidak memiliki truth value (nilai kebenaran). Sebagaimana halnya cerpen atau novel, karya foto interpretatif merepresentasikan dunia faktual dengan caranya sendiri. Melaui keindahan puitis komposisi visual foto jenis ini, kita belajar mengapresiasi nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam benda dan peristiwa yang terjadi di sekitar kita.
Foto evaluatif etis mengandung seluruh aspek yang ada dalam ketiga jenis foto di atas. Yang membedakan jenis foto ini dari ketiga jenis foto sebelumnya adalah muatan moral atau politisnya. Foto evaluatif etis mengutamakan timbangan aspek-aspek sosial: apa yang seharusnya terjadi atau tidak terjadi. Foto anak-anak jalanan, misalnya, bisa jadi hanya sebuah foto eksplanatif yang mereportasekan adanya fenomena sosial ini. Namun foto dengan subject matter yang sama bisa berubah statusnya menjadi foto evaluatif etis manakala foto itu tidak hanya melaporkan keberadaan anak-anak jalanan tapi juga mampu menyentuh perasaan dan menggerakkan kita untuk berbuat sesuatu guna mengatasi masalah sosial ini. Saya teringat betul dengan satu foto karya Yura Aidil Verdia di fotografer.net (http://www.fotografer.net/) yang berjudul "Mana Mungkin Mimpi Indah" yang momen, sudut bidik, dan komposisinya sedemikian rupa sehingga foto ini sangat menyentak dan menyentuh nurani kita. Foto ini mungkin bisa jadi contoh untuk sebuah karya evaluatif etis. Foto-foto jenis ini tidak harus selalu "sempurna" secara teknis, karena yang ditonjolkan adalah "muatannya". Foto-foto propaganda politik dan iklan yang mencoba merogoh emosi, sentimen dan perasaan kita bisa juga dimasukkan ke dalam kategori foto ini.
Jenis foto berikutnya, yaitu foto evaluatif estetik, memiliki ciri yang sama dengan foto evaluatif etis. Hanya saja, alih-alih muatan moral dan politis, foto evaluatif estetik menonjolkan aspek estetika yang oleh sang fotografer dianggap pantas diamati dan direnungkan. Foto-foto jenis ini biasanya menakjubkan. Subject matternya hampir tak terbatas, seperti foto bugil (nude), pemandangan alam, still life, dan sebagainya. Inilah jenis foto yang umumnya kita pahami sebagi foto seni atau foto salon: foto-foto indah yang difoto dengan indah. Sama dengan foto interpretatif, foto jenis ini biasanya bersifat poetik, dan truth value-nya sering tidak kasat mata. Artinya, kalau seorang fotografer menganggap bahwa pepohonan harus berwarna biru untuk membawa pesan emotif poetiknya, maka warna biru ini tidak bisa dikritik sebagai "tidak natural," karena yang ditonjolkan oleh foto jenis ini adalah aspek poetiknya.
Foto jenis terakhir, yaitu foto teoretis, mungkin dalam istilah saya sendiri bisa disebut sebagi metaphotography, yaitu foto yang mengomentari isu-isu seni dan penciptaan karya seni, politik seni, modalitas representasi, dan isu-isu teoretis lain tentang fotografi dan pemotretan. Saya agak kesulitan mencari contoh yang pas dari koleksi karya anggota FN untuk mengilustrasikan jenis foto ini. Tapi sebagai ilustrasi mungkin bisa dikatakan bahwa foto jenis ini adalah foto tentang foto atau kritik seni (termasuk di dalamnya seni foto) yang dinyatakan dalam bentuk visual dengan medium fotografi, misalnya foto tentang bagaimana perempuan, kegiatan fotografer, dunia perwayangan, komedi Srimulat, atau filem-filem India Bollywood direpresentasikan dalam foto.
Friday, April 11, 2008
Ada Apa dengan Kritik Foto?
Posted by
Eki
at
12:19 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
© Copyrights
Unless otherwise stated, the articles and photos in this blog are the copyright property of Eki Qushay Akhwan. All rights reserved. You may NOT republish any of them in any forms without prior permission in writing from Eki Qushay Akhwan.
Kecuali disebutkan secara khusus, hak cipta atas tulisan dan karya foto di dalam blog ini ada pada Eki Qushay Akhwan. Dilarang mempublikasi ulang artikel dan/atau karya foto di dalam blog ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Eki Qushay Akhwan.
Unless otherwise stated, the articles and photos in this blog are the copyright property of Eki Qushay Akhwan. All rights reserved. You may NOT republish any of them in any forms without prior permission in writing from Eki Qushay Akhwan.
Kecuali disebutkan secara khusus, hak cipta atas tulisan dan karya foto di dalam blog ini ada pada Eki Qushay Akhwan. Dilarang mempublikasi ulang artikel dan/atau karya foto di dalam blog ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Eki Qushay Akhwan.
1 comment:
sangat bermanfaat om, trima kasih atas postingannya :)
Post a Comment