Ditulis Oleh: Eki Qushay Akhwan
Dunia fotografi digital menawarkan kemungkinan yang nyaris tak terbatas untuk memanipulasi foto. Kenyataan ini membuat sebagian orang khawatir bahwa “kebenaran” faktual yang selama ini ditawarkan oleh fotografi akan musnah dan batas antara yang nyata dan yang fiktif menjadi lebur. Benarkah demikian?
Orang-orang yang mencemaskan hal-hal di atas mungkin tidak menyadari bahwa manipulasi foto tidak hanya terjadi pada era fotografi digital. Pada era fotografi analog pun manipulasi fotografi telah lama dilakukan. Touch up pada potret dan foto iklan, misalnya, adalah praktek yang biasa dilakukan sebelum fotografi digital ditemukan.
Di dunia jurnalistik manipulasi foto untuk tujuan-tujuan ilustratif bukan barang baru. Di Amerika, ketika kamera dilarang masuk ke ruang pengadilan, misalnya, para wartawan foto kadangkala harus mereka-panggung (staged) adegan yang berlangsung di dalam ruang pengadilan dan, dengan teknik potong dan tempel, merekayasa foto yang menunjukkan apa yang terjadi di ruang itu.
Tabloid – jenis pers yang cenderung sensasional – juga kadang-kadang menyandingkan pesohor (celebrity) A dan B yang mungkin sebenarnya tidak pernah bertemu dalam situasi dan konteks yang ada dalam foto. Bahkan ada tabloid yang pernah “menghidupkan kembali” Elvis dengan foto yang menggambarkan seolah dia masih hidup dan tinggal di pedesaan terpencil, bahkan di bulan!
Tidak hanya itu. Di era fotografi analog, terbitan yang lebih serius seperti The National Geographic (NG) pun diketahui melakukan rekayasa foto. Sampul edisi A Day in The Life of America, misalnya, diakui telah dimanipulasi untuk mendekatkan sang koboi dengan bulan yang ada dalam foto itu. Redaktur NG juga mengakui telah merekayasa posisi foto dua piramid yang menjadi foto sampul salah satu edisinya agar lebih dekat dan pas dengan format vertikal yang diperlukan untuk halaman sampul.
Dari contoh-contoh di atas, kredibilitas foto (baca: nilai kebenaran faktualnya) sebenarnya bukan hanya masalah fotografi digital. Kredibilitas foto analogpun dapat dipertanyakan. Memang di era fotografi digital, ragam jenis rekayasa yang dapat dilakukan dan kemudahan melakukannya pantas membuat sebagian orang khawatir. Rekayasa digital berpotensi menghasilkan foto aspal (asli wujudnya, palsu isinya) secara mulus dan nyaris tak terdeteksi. Ini tentu tidak jadi soal kalau foto yang bersangkutan tidak berimplikasi benar-salah. Namun jika foto hasil rekayasa digital itu mengakibatkan seseorang yang tidak bersalah menjadi bersalah (dan sebaliknya), atau foto semacam itu mampu memengaruhi opini publik tentang sesuatu yang krusial, maka hasil rekayasa digital itu tentu akan berakibat serius.
Memang, sampai saat ini belum ada kasus besar yang berimplikasi serius seperti yang dikhawatirkan banyak orang. Namun kemungkinan semacam itu akan selalu ada dan menghantui persepsi kita terhadap foto digital.
Era di mana foto dianggap sebagai rekaman dan representasi yang jujur tentang dunia kita mungkin akan – atau justru telah (?) – berakhir. Kehadiran fotografi digital pada akhirnya akan memengaruhi pandangan orang tentang foto-foto yang mereka lihat di surat kabar dan majalah, atau bahkan album foto keluarga. Mereka tidak lagi akan menganggap foto sebagai rekaman atau reproduksi yang jujur dari realitas, namun hanya sekedar ilustrasi tentang subjek atau suatu peristiwa yang pernah ada atau terjadi. Dalam hal ini, fungsi foto kembali menyerupai fungsi lukisan di masa lalu: sebagai ilustrasi di mana keserupaan yang faithful bukan tujuan dari produksinya. Akibatnya, foto tidak lagi akan dianggap sebagai objek yang kredibel, di mana benar-salah mempunyai batas yang tegas.
Monday, April 21, 2008
Menimbang Benar Salah dalam Dunia Fotografi Digital
Posted by
Eki
at
1:47 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
© Copyrights
Unless otherwise stated, the articles and photos in this blog are the copyright property of Eki Qushay Akhwan. All rights reserved. You may NOT republish any of them in any forms without prior permission in writing from Eki Qushay Akhwan.
Kecuali disebutkan secara khusus, hak cipta atas tulisan dan karya foto di dalam blog ini ada pada Eki Qushay Akhwan. Dilarang mempublikasi ulang artikel dan/atau karya foto di dalam blog ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Eki Qushay Akhwan.
Unless otherwise stated, the articles and photos in this blog are the copyright property of Eki Qushay Akhwan. All rights reserved. You may NOT republish any of them in any forms without prior permission in writing from Eki Qushay Akhwan.
Kecuali disebutkan secara khusus, hak cipta atas tulisan dan karya foto di dalam blog ini ada pada Eki Qushay Akhwan. Dilarang mempublikasi ulang artikel dan/atau karya foto di dalam blog ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Eki Qushay Akhwan.
No comments:
Post a Comment